Rabu, 20 Januari 2021

FIlsafat Pendidikan

Ideologi pendidikan di Indonesia memiliki pengalaman mulai dari merdeka hingga sekarang. Pengalaman dari masa konservatif, hingga sekarang yang serba modern. Jika kita melangkah mundur sedikit, ideologi pendidikan di Indonesia, mulanya dibawa oleh penjajah dengan menekankan pembelajaran konservatif. Untuk anda yang sering menonton sinema seperti "Bumi Manusia", kita akan melihat masa lalu dimana pendidikan indonesia berpusat pada guru. Siswa menghafal kosa-kata bahasa belanda, atau menghafal rumus-rumus matematika. Asumsi penulis saat itu, model-model pembelajaran inovatif memang masih belum banyak berkembang. Hingga ditetapkannya kurikulum-kurikulum pun, masih anda bayangkan kan ketika SD, anda masih belajar dengan guru sebagai peran utamanya. Anda hanya duduk dan mendengarkan. Seiring berganti kurikulum, Indonesia pernah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini menekankan kompetensi yang dimiliki oleh siswa agar dapat dipakai untuk memecahkan masalah sehari-hari. Hal ini sesuai dengan ideologi pendidikan liberal, dimana pendidikan bertujuan untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada, dengan melakukan pembelajaran untuk menghadapi persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari biasanya dekat dengan karir seseorang. Hal ini lah yang menjadi dasar munculnya berbagai macam jurusan-jurusan SMK, yang dulu namanya hanya STM dan SMEA. Kebutuhan-kebutuhan Indonesia terus bertambah dan pembelajaran dikelas dituntut untuk inovatif. Ideologi pendidikan di Indonesia mulai masuk dari berbagai arah. Kurikulum KBK diganti lagi dengan KTSP, dimana sekolah yang mengatur kurikulumnya sendiri. Ideologi humanist, progressive, humanist dan sosialis melebur di kelas. Guru dan siswa bersama-sama mencari fakta dengan melakukan praktikum, pembelajaran dituntut untuk meningkatkan kemampuan abad 21, dan pendidikan sudah dapat diakses oleh semua masyarakat pun mereka yang dari kalangan tidak mampu.

Sebagai manusia, pendidikan layaknya makan. Tanpa makan, manusia tidak akan bisa hidup. dari bayi pun, kita butuh pendidikan. Hakikat pendidikan itu sendiri memiliki sebuah makna bahwa manusia adalah manusia saat dirinya berkembang, berubah dan merdeka. Bayangkan jika seorang bayi tidak diajarkan cara berbicara atau diajarkan cara berbicara layaknya kucing, pasti sampai dewasa, dia akan berbicara seperti kucing. Pendidikan sangatlah vital dalam kehidupan. Manusia diajarkan berbagai macam hukum dan teori. Mulai dari hukum alam hingga hukum di satuan pendidikan. Mulai teori sehari-hari seperti cara mencuci atau melipat baju, hingga teori yang kompleks seperti di fisika. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia itu sendiri.

Apa saja yang perlu ditingkatkan oleh manusia pada ranah pendidikan? Yang pertama keluasan pengetahuan dalam diri. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca, bereksperimen, dan berdiskusi dengan teman. Kedua, kebenaran yang dipilihi. Seseorang yang semakin kaya akan pengetahuan, dapat memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah. Mereka penuh dengan pertimbangan. Tidak langsung menjudge di depan mata secara langsung. Ketiga, proses berpikir. Semakin banyak pengalaman yang didapat seseorang. Proses berpikirnya juga akan semakin tinggi dan dia mungkin dapat dengan mudah menganalisis dan mengevaluasi suatu masalah. Dan yang terakhir adalah perilaku sosial. Semakin dalam pengetahuan seseorang, maka perilakunya akan semakin baik. karena dia tau mana yang benar dan mana yang salah.

Dalam pendidikan abad 21 ini, seseorang dihadapkan dengan berbagai masalah yang timbul. Masalah-masalah ini sebenarnya membentuk suatu pola dan hubungan dengan penyelesainnya. Pola dan hubungan ini kadang tidak kita temukan karena tingkat berpikir kita yang masih kurang matang. Kemampuan problem solving pun menjadi salah satu alternatif. Problem solving adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan persoalan. Terminologi problem solving digunakan secara ekstensif dalam psikologi kognitif, untuk mendeksripsikan ‘semua bentuk dari kesadaran/ pengertian/kognisi’. Dalam pemecahan masalah seseorang harus merecall/mengundang kembali aturan-aturan yang lebih rendah (subordinate) maupun informasi-informasi yang relevan, yang diasumsikan telah dipelajari sebelumnya. Ketika aturan yang lebih tinggi tingkatannya telah diperoleh, maka dia sangat dimungkinkan akan menggunakannya dalam situasi yang secara fisik berbeda namun secara formal mirip. Dengan perkataan lain, aturan baru yang lebih kompleks yang telah diperoleh itu akan memungkinkan terjadinya transfer belajar.

Moral apa saja yang dihasilkan dari menjadi pebelajar? Ada berbagai hal yang ingin manusia capai. Harta, cita-cita, kedudukan, dan masih banyak lagi. Namun, pencapaian dari dalam diri yang dikarsakan kepada masyarakat berupa apa? Moral. Seseorang dapat mengetahui mana hal baik dan hal buruk. Nilai moral baik adalah nilai yang dikaitkan dengan kesesuaian antara harapan dan tujuan hidup manusia dalam menjalankannya bisa ditinjaun dari kaidah sosial masyarakat. Jenis nilai moral selanjutnya adalah tentang keburukan, yang artinya lawan kata dengan istilah kebaikan. Nilai ini dianggap menyimpang terhadap keteratan sosial, selain itu dampak yang ditimbulkan akan menciptakan masalah-masalah sosial yang akan terjadi. Baik dan buruk adalah sesuatu yang beririsan. Agar kita memiliki kebaikan, kita harus tau mana sesuatu yang buruk. Selanjutnya adalah pemikiran pragmatisme. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatisme ialah logika pengamatan. Dengan belajar, kita bisa mengolah informasi yang datang, dan menjadikan itu sebagai pengetahuan. Pragmatisme menjadi sesuatu hasil yang menjadikan kita berpikir ilmiah dan mampu mengambil keputusan dari kejadian-kejadian empiris. Berikutnya adalah kemanusiaan. Dalam aktifitas pendidikan, asas kemanusiaan memiliki fungsi yang sangat penting, karena betapapun juga berkaitan erat dengan pihak-pihak di dalamnya. Termasuk salah satu tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Bagaimana konsepsi Panca Dharma sehubungan dengan realitas asas kemanusiaan ini, antara lain tercermin dari pernyataan sebagai berikut: darma tiap-tiap manusia adalah mewujudkan kemanusiaan, yang berarti kemajuan manusia lahir batin dalam tingkat yang setinggi-tingginya, dan juga berarti bahwa kemanusiaan yang tinggi itu dapat dilihat pada kesucian hati orang dan ada rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan makhluk Tuhan seluruhnya, tetapi bukan cinta kasih yang bersifat melemahkan hati, melainkan berupa keyakinan akan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam semesta. Yang terakhir adalah keadilan dan kebebasan. Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the supreme virtue of the good state”, sedang orang yang adil adalah “the self diciplined man whose passions are controlled by reasson”. Bagi Plato keadilan tidak dihubungkan secara langsung dengan hukum. Baginya keadilan dan tata hukum merupakan substansi umum dari suatu masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Hardono Hadi membedakan kebebasan menjadi dua arti, kebebasan negatif dan kebebasan positif. Kebebasan yang pertama berarti “bebas dari…”. Kebebasan dalam arti ini berarti absennya paksaan, rintangan, dan kontrol ketat orang lain atas pilihan kita. Kebebasan yang kedua berarti “bebas untuk”. Kebebasan yang diartikulasikan sebagai proses memilih untuk dirinya dan bertindak berdasarkan inisiatif pribadi dalam konteks aktivitas atau kegiatan khusus, seperti kebebasan untuk berekpresi, kebebasan untuk berserikat, dan lain sebagainya. Lebih tegasnya Hardono hadi menjelaskan bahwa kebebasan positif adalah usaha untuk mengidentikan keadaaan-keadaan khusus kegiatan manusia dimana hak dan kemampuan bagi individu untuk memilih dan berinisiatif benarbenar mendapat perhatian (P. Hardono Hadi, 1996: 157).

Nilai instriksi dari suatu mata pelajaran adalah bagaimana dia bisa meningkatkan kemampuan pebelajar baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau suatu tujuan ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Nilai intrinsik merupakan rasa puas yang dirasakan seseorang ketika melakukan suatu tugas. Pekerjaan yang menantang, mendukung kreativitas dan memberikan kebebasan berada dalam lingkungan yang dinamis merupakan faktor intrinsik. Sedangkan nilai ekstrinsik adalah bagaimana pemikiran pebelajar bisa mempengaruhi lingkungan sekitarnya. ekstrinsik berasal dari luar (tentang nilai mata uang, sifat manusia, atau nilai suatu peristiwa) bukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sesuatu tidak termasuk intinya. nilai suatu benda (obyek) yang menjadi alat atau saran untuk sesuatu yang lain (Liang Gie, 1976). Nilai ekstrinsik adalah sifat kebaikan suatu benda sebagai alat yang memiliki fungsi tertentu.

 

1 komentar: